“TIRTA YATRA”
Disusun Oleh:
-------------------------------------------------
SMA NEGERI 1 PURWOHARJO
BANYUWANGI
2016
KATA PENGANTAR
OM SWASTYASTU
Puji astungkara penulis panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi wasa karena berkat kertawaranugraha-Nya laporan yang berjudul “TIRTA YATRA” ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Laporan ini berisikan tentang perjalanan sembahyang siswa siswi SMAN 1 PURWOHARJO di Bali.
Berbagai hambatan telah penulis hadapi dalam penyusunan laporan ini, namun berkat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, hambatan tersebut dapat penulis atasi. Untuk itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Drs.H.rodiwanto, M.M selaku Kepala SMAN 1 Purwoharjo
2. Bapak Joko Purwanto, S.pd selaku guru pembimbing kami
3. Pihak-pihak yang telah mendukung dan membantu kami dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini Kami menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan berbagai keterbatasan sehingga kritik dan saran sangat kami harapkan.
OM SANTI SANTI SANTI OM
Banyuwangi, April 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. PENGERTIAN
2.1. MAKNA
3.1. T UJUAN
4.1. MANFAAT TIRTA YATRA
BAB II TEMPAT SUCI YANG DIKUNJUNGI
1.2. TIRTA EMPUL
1.1.2 Mitologi
1.1.3 Pembangunan pura
2.2. PURA ULUN DANU BATUR
3.2. PURA BESAKIH
BAB III PENUTUP
4.3 KESIMPULAN
5.3 SARAN
6.3 KESAN DAN PESAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 PENGERTIAN
Tirtha-yatra berasal dari kata tirtha dan yatra. Tirtha berarti air suci, air kehidupan, atau nectar, tempat-tempat suci yang ada air sucinya. Tirtha juga berarti orang-orang suci, sebab orang-orang suci umumnya berada di tempat-tempat suci yang ada air sucinya. Atau, orang-orang suci juga disebut sebagai tirtha karena orang-orang suci mempunyai kekuatan suci untuk menyucikan orang, seperti halnya kekuatan yang dimiliki oleh tempat-tempat suci atau tirtha.
Di Bali tirta berarti air suci yang sudah dimohonkan kepada Tuhan yang mana sudah menjadi wangsuh pada dari Tuhan dan sudah mendapat berkat dari Tuhan. Air itu ( tirta ) walaupun dibuat dari air aqua atau air pancuran, tetapi tidak lagi menjadi air biasa karena sudah melalui suatu proses upacara keagamaan atau spiritual tertentu sehingga ia telah menjadi tirta. Tirta bisa juga berarti tempat suci. Di India ada tempat suci yang kesuciannya melebihi tempat suci yang lain. Tempat suci itu disebut chardame. Char atinya empat dan dame artinya tempat yang sangat suci. Keempat tempat suci itu yaitu :
2. Edarnat tempat pemujaan kepada Dewa Siwa.
3. Jamuna Sri tempat munculnya Sungai Jamuna
4. Gangga Sri tempat munculnya Sungai Gangga.
Siapun yang berhasil mengunjungi keempat tempat suci ini kemoksaan atau pembebasan duniawai terjamin. Oleh karena itu sangat jarang ada orang berhasil ke sana. Walaupun tempat ini melebihi tempat lain kesuciannya, namun pergi ke sana tidak disebut Darmayatra tapi tetap disebut Tirtayatra. Yatra berarti perjalanan.
Jadi, Tirthayatra berarti perjalanan suci mengunjungi tempat-tempat suci, perjalanan suci untuk menyucikan diri, perjalanan suci untuk bertemu dengan orang-orang suci, perjalanan suci untuk penyucian diri dari dosa-dosa.
Kata tirtha secara tata bahasa Sanskerta disebutkan berasal dari akar kata “tr” yang berarti “tiryate anena” (dengan mana diseberangkan), dengan mana orang diseberangkan dari lautan dosa. Istilah lain yang mempunyai arti yang sama dengan Tirthayatra adalah “tirthatana”, “tirthabhigamana”. Orang-orang yang melakukan tirtayatra disebut Tirtayatri yang di India disebut yatri saja. Disamping Tirtayatra ada istilah lain yang mirip dengan Tirtayatra adalah Dharmayatra. Dharmayatra biasanya lebih tepat untuk menyebutkan orang-orang yang melakukan perjalanan suci untuk menyebarkan dharma. Sebagai contoh perjalanan yang dilakukan Rsi Agastya yang datang ke Indonesia untuk menyebarkan ajaran dharma.
Tirta yatra merupakan yadnya agung yang sangat mulia, oleh karena itu ia merupakan keharusan untuk dilakukan oleh setiap orang. Tirtayatra tidaklah harus diartikan melakukan persembahyangan ke beberapa tempat suci. Bagi yang kurang mampu (daridra) tetap bisa melakukan tirta yatra ke dalam diri karena di dalam diri juga ada tirta. Jadi tirta yatra ke dalam diri ini berarti membersihkan diri ke dalam. Tirta yatra merupakan yadnya agung yang sangat mulia. Tirta yatra berarti suatu perjalanan suci mengunjungi tempat-tempat suci, perjalanan suci untuk menyucikan diri, perjalanan suci untuk bertemu dengan orang-orang suci, perjalanan suci untuk penyucian diri dari dosa-dosa. Dalam melaksanakan tirta yatra patutlah didasari dengan pikiran yang jernih serta suci. Tidaklah patut bagi seseorang yang melaksanakan tirta yatra memiliki pikiran yang kotor. Untuk menghindari hal tersebut kita diwajibkan agar mengendalikan diri dan mengekang hawa nafsu.
Meningkatkan kesucian pribadi serta memperkuat keimanan kepada Ida Sang Hyang Widi, menghayati nilai-nilai sejarah dari objek suci yang dikunjungi, dan mengimbangi dosa dengan perbuatan-perbuatan dharma merupakan tujuan dari pelaksanaan tirta yatra.
Dalam tirta yatra yang telah dilaksanakan, kami telah dapat mengetahui sejarah pura-pura yang kami kunjungi melalui pembuatan laporan ini, diantaranya adalah Pura besakih, Pura Ulun Danu Batur, dan Pura Tirta Empul. Kami berharap dengan melaksanakan tirta yatra ini, kami dapat memperkuat keimanan terhadap Sang Hyang Widhi dan dapat meningkatkan kesucian pribadi masing – masing.
2.1 MAKNA
Makna tirta yatra dari aspek spiritual adalah sebagai salah satu sarana untuk meningkatkan keyakinan umat Hindu terhadap agamanya. Sedangkan jika ditinjau dari aspek sosial, makna tirta yatra adalah menumbuhkan kesadaran keumatan diantara umat Hindu.
Bagi kami tirta yatra memiliki makna sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Ida Sang Hyang Widhi, meningkatkan keimanan, dan kesucian rohani serta dalam melaksanakan tirta yatra patutlah didasari dengan pikiran yang jernih serta suci. Tidaklah patut bagi seseorang yang melaksanakan tirta yatra memiliki pikiran yang kotor. Untuk menghindari hal tersebut kita diwajibkan agar mengendalikan diri dan mengekang hawa nafsu.
Tujuan dari pelaksanaan tirtayatra terdapat dalam beberapa sloka, seperti sloka di bawah ini :
1. Reg Weda I.23.22
Bunyinya :
IDAM APAH PRA VAHATA YAT KIM CA DURITAM MAYI, YAD VAHAM ABHIDUDROHA YAD VA SEPA UTANRTAM
Artinya :
Ya Tuhan Yang Maha Esa penguasa air lenyapkan dan sucikan segala kesalahan atau dosa-dosa kami meskipun kami telah mengetahui bahwa perbuatan itu mesti tidak kami lakukan atau tidak benar.
2. Reg Weda I.23.23
Bunyinya :
APO ADYANV ACARISAM RASENA SAM AGASMAHI, PAYASVAN AGNA A GAHI SAM PRAYAYA SAM AYUSA
Artinya :
Sekarang kami menerjunkan diri kedalam air, kami menyatu dengan kekuatan yang menjadikan air ini, semoga kesucian yang tersembunyi dalam air ini menyucikan dan memberikan kekuatan suci kepada kami.
Bunyinya :
APO ASMAN MATARAH SUNDHAYANTU GHRTENA NO GHRTAPVAH PUNANTU VISVAM HI RIPRAM PRAVAHANTI DEVIR UD ID ABHYAH SUCIR A PUTA EMI
Artinya :
Semoga air suci ini menyucikan kami, bercahaya gemerlapan; semogalah pembersih ini membersihkan kami dengan air suci; semoga air suci ini mengusir segala kecemaran; sungguh kami bangkit memperoleh kesucian dari padanya.
4. Sarasamuscaya 277
Bunyinya :
AKRODHANASCA RAJENDRA SATYA, SILO DRDHAWRATAH, ATMOPAMASCA BHUTESU SA, TIRTHAPHALAMASNUTE
Artinya :
Orang yang berprilaku tidak marah, teguh pada brata, kasih sayang terhadap sesama mahluk, akan mendapat pahala dari perjalanannya mendapatkan tirta suci.
5. Sarasamuscaya 279
Bunyinya :
SADA DARIDRAIRAPI HI SAKYAM PRAPTUM NARADHIPA TIRTHABHIGAMANAM PUNYAM YAJNERAPI WISISYATE
Artinya :
Keutamaan tirthayatra itu amat suci, lebih utama daripada pensucian dengan yadnya yang lain dan dapat dilakukan oleh yang tidak punya harta.
Berdasarkan sloka-sloka dari kitab suci yang telah disebutkan di atas, tujuan tirta yatra adalah :
1. Meningkatkan kesucian pribadi dan memperkuat keimanan kepada Ida Sang Hyang Widi dengan memperluas cakrawala memandang keagungan-Nya sehingga manusia makin teguh mengamalkan ajaran Dharma.
2. Menghayati nilai-nilai sejarah dari objek suci yang dikunjungi.
3. Mengimbangi dosa dengan perbuatan-perbuatan dharma. Istilah mengimbangi dosa digunakan karena menurut kepercayaan Hindu, dosa seseorang akan melekat pada atman sebagai karmawasana sesuai dengan ketentuan hukum karma phala.
4.1 MANFAAT TIRTA YATRA
Adapun manfaat dari Tirtayatra antara lain :
1. Dengan Tirthayatra kita meningkatkan Sraddha, keyakinan atau keimanan. Kita datang menuju tempat suci yang jauh melakukukan Bhakti, sembahyang, Japa, Meditasi dan pembacaan kitab suci dan menyanyikan Dharmagita.
2. Dengan Tirthayatra terjadilah proses penyegaran kembali terhadap mental dan fisik kita, yang sebelumnya mungkin jenuh akibat rutinitas, melakukan aktivitas sehari-hari.
BAB II
TEMPAT SUCI YANG DIKUNJUNGI
Dalam pelaksanaan Tirta yatra kami mengunjungi beberapa tempat suci, diantaranya :
1.2 TIRTA EMPUL
Tirta Empul adalah sebuah pura yang terletak di Desa Manukaya, Kecamatan Tampak Siring, Kabupaten Gianyar, Bali. Lokasinya tepat di sebelah Istana Presiden di Tampak Siring yang dulu dibangun oleh presiden Soekarno.
1.1.2 Mitologi
Diceritakan bahwa Raja Mayadenawa bersikap sewenang–wenang dan tidak mengijinkan rakyat untuk melaksanakan upacara-upacara keagamaan untuk mohon keselamatan dari Tuhan Yang Maha Esa. Setelah perbuatan itu diketahui oleh Para Dewa, maka para dewa yang dikepalai oleh Bhatara Indra menyerang Mayadenawa. Mayadenawa kalah dan melarikan diri hingga di sebelah Utara Desa Tampak siring. Dengan kesaktiannya ia menciptakan sebuah mata air beracun mengakibatkan laskar Bhatara Indra yang mengejarnya gugur akibat minum air tersebut. Melihat hal ini Bhatara Indra segera menancapkan tombaknya dan "air keluar dari tanah" (Tirta Empul). Air Suci ini dipakai memerciki para Dewa sehingga tidak beberapa lama bisa hidup lagi seperti sedia kala.
2.1.2 Pembangunan pura
Pura Tirta Empul dibangun pada 962 M selama wangsa Warmadewa (dari abad ke-10 hingga ke-14), di tempat adanya mata air besar. Di sisi kiri pura terdapat sebuah vila modern di atas bukit, dibangun untuk kunjungan Presiden Sukarno dalam tahun 1954, yang sekarang digunakan sebagai tetirah bagi tamu-tamu penting.
2.2 PURA ULUN DANU BATUR
Ulun Danu Batur adalah sebuah pura yang terletak di Desa Batur, Kintamani, Bangli, Bali sebagai stana dari Bhatara Wisnu. Berwisata Ke Pura Ulun Danu Batur Kintamani Bali – Jika kita mencari ‘Pura Ulun Danu’ di google map dengan mengetikkan kata kunci ‘Pura Ulun Danu’ ke pencarian google map maka anda akan mendapati dua tempat yang berbeda di hasil pencarian anda. Satu pura ulun danu terletak di dekat danau beratan kecamatan baturiti tabanan, dan satu lagi pura ulun danu yang terletak di dekat danau batur daerah kintamani.
Loh kok bisa ada dua pura ulun danu di bali? iya memang namanya sama, akan tetapi tempatnya yang berbeda. Namun pura ulun danu di batur letaknya tidak tepat di pinggiran danau, namun dari pura ini anda masih bisa melihat indahnya danau batur dan gunung batur sekaligus.
Pura Ulun Danu yang terletak di dekat danau beratan biasa dikenal dengan Pura Ulun Danu Beratan, dan Pura Ulun Danu yang terletak di dekat danau batur biasa dikenal dengan nama Pura Ulun Danu Batur. Pura Ulun Danu memiliki sebuah arti yakni Pura yang letaknya di hulu sebuah danau. Pada postingan sebelumnya, kami sudah membahas tentang pura ulun danu yang berada di dekat danau beratan, dan kini kami akan membahas tentang pura ulun danu yang berada di dekat danau batur kintamani bali.
Keindahan Pura Ulun Danu Batur
Pura ulun danu batur atau yang lebih dikenal sebagai pura batur ini berlokasi di desa kalanganyar kecamatan kintamani bangli atau tepatnya di pinggir jalan singaraja-denpasar. Dulunya pura ini terletak di lereng barat daya gunung batur, namun setelah bencana gunung batur meletus di tahun 1917 mengakibatkan areal pura ini hancur. Namun masih ada satu buah pelinggih yang tetap berdiri kokoh menjulang keatas setelah bencana tersebut.
Kemudian oleh bendasa atau kepala daerah setempat bersama warga sekitar, pura ulun danu ini dipindahkan ke tempat yang memiliki dataran yang lebih tinggi yakni di tempatnya yang sekarang ini. Pura ulun danu batur terletak di ketinggian 900 meter dari permukaan air laut. Ini membuat udara di sekitaran pura ini menjadi sangat sejuk dan sedikit dingin. Tak jarang kabut tebal menyelimuti tempat ini tatkala udara dingin yang menyebar di daerah kintamani.
Pura ulun danu batur adalah objek wisata pelengkap bagi para wisatawan yang berkunjung ke danau batur atau ke gunung batur. Wisatawan yang gemar dengan objek-objek wisata seni arsitektur dan
bernilai sejarah akan merasa senang ke pura ini. Pura ulun danu sangatlah megah dan besar, terdapat banyak candi bentar yang menjulang tinggi bagaikan mencakar langit. Selain pada candi-candi yang megah, terdapat berbagai macam meru yang memiliki tingkat yang berbeda-beda.
Namun sebelumnya, untuk menikmati seluruh objek wisata yang ada di dalam pura ulun danu batur ini, para wisatawan asing maupun lokal harus mengenakan sebuah kamen ataupun kain yang di ikatkan di pinggang menyerupai rok panjang. Ini adalah sarana khusus yang digunakan para umat hindu untuk dapat memasuki pelataran sebuah pura.
Peta Lokasi Pura Ulun Danu BaturFasilitas di sekitaran pura ulun danu ini sudah sangat memadai, tak jauh dari pura ini anda sudah dapat menemukan restoran dan tempat parkir yang luas. Untuk menuju ke pura ulun danu ini, jika anda dari singaraja atau dari pantai lovina maka anda akan menempuh jarak sekitar 60 kilometer dari pantai lovina dengan waktu tempuh sekitar 2,5 jam. Namun jika anda dari pusat kota denpasar maka anda akan menempuh jarak sekitar 50 kilometer dengan waktu tempuh 2 jam. – Berwisata Ke Pura Ulun Danu Batur Kintamani Bali
3.2 PURA BESAKIH
Komplek Pura Besakih terdiri dari 1 Pura Pusat (Pura Penataran Agung Besakih) dan 18 Pura Pendamping (1 Pura Basukian dan 17 Pura Lainnya). Di Pura Basukian, di areal inilah pertama kalinya tempat diterimanya wahyu Tuhan oleh Hyang Rsi Markendya, cikal bakal Agama Hindu Dharma sekarang di Bali, sebagai pusatnya. Pura Besakih merupakan pusat kegiatan dari seluruh Pura yang ada di Bali. Di antara semua pura-pura yang termasuk dalam kompleks Pura Besakih, Pura Penataran Agung adalah pura yang terbesar, terbanyak bangunan-bangunan pelinggihnya, terbanyak jenis upakaranya dan merupakan pusat dan semua pura yang ada di komplek Pura Besakih. Di Pura Penataran Agung terdapat 3 arca atau candi utama simbol stana dari sifat Tuhan Tri Murti, yaitu Dewa Brahma, Dewa Wisnu dan Dewa Siwa yang merupakan perlambang Dewa Pencipta, Dewa Pemelihara dan Dewa Pelebur/Reinkarnasi. Pura Besakih masuk dalam daftar pengusulan Situs Warisan Dunia UNESCO sejak tahun 1995.
Filosofi
Keberadaan fisik bangunan Pura Besakih, tidak sekadar menjadi tempat pemujaan terhadap Tuhan YME, menurut kepercayaan Agama Hindu Dharma, yang terbesar di pulau Bali, namun di dalamnya memiliki keterkaitan latar belakang dengan makna Gunung Agung. Sebuah gunung tertinggi di pulau Bali yang dipercaya sebagai pusat Pemerintahan Alam Arwah, Alam Para Dewata, yang menjadi utusan Tuhan untuk wilayah pulau Bali dan sekitar. Sehingga tepatlah kalau di lereng Barat Daya Gunung Agung dibuat bangunan untuk kesucian umat manusia, Pura Besakih yang bermakna filosofis.
Makna filosofis yang terkadung di Pura Besakih dalam perkembangannya mengandung unsur-unsur kebudayaan yang meliputi:
1. Sistem pengetahuan,
2. Peralatan hidup dan teknologi,
3. Organisasi sosial kemasyarakatan,
4. Mata pencaharian hidup,
5. Sistem bahasa,
6. Religi dan upacara, dan
7. Kesenian.
Ketujuh unsur kebudayaan itu diwujudkan dalam wujud budaya ide, wujud budaya aktivitas, dan wujud budaya material. Hal ini sudah muncul baik pada masa pra-Hindu maupun masa Hindu yang sudah mengalami perkembangan melalui tahap mitis, tahap ontologi dan tahap fungsional.
Objek penelitian
Berdasar sebuah penelitian, bangunan fisik Pura Besakih telah mengalami perkembangan dari kebudayaan pra-hindu dengan bukti peninggalan menhir, punden berundak-undak, arca, yang berkembang menjadi bangunan berupa meru, pelinggih, gedong, maupun padmasana sebagai hasil kebudayaan masa Hindu.
Latar belakang keberadaan bangunan fisik Pura Besakih di lereng Gunung Agung adalah sebagai tempat ibadah untuk menyembah Dewa yang dikonsepsikan gunung tersebut sebagai istana Dewa tertinggi.
Pada tahapan fungsional manusia Bali menemukan jati dirinya sebagai manusia homo religius dan mempunyai budaya yang bersifat sosial religius, bahwa kebudayaan yang menyangkut aktivitas kegiatan selalu dihubungkan dengan ajaran Agama Hindu.
Dalam budaya masyarakat Hindu Bali, ternyata makna Pura Besakih diidentifikasi sebagai bagian dari perkembangan budaya sosial masyarakat Bali dari mulai pra-Hindu yang banyak dipengaruhi oleh perubahan unsur-unsur budaya yang berkembang, sehingga memengaruhi perubahan wujud budaya ide, wujud budaya aktivitas, dan wujud budaya material. Perubahan tersebut berkaitan dengan ajaran Tattwa yang menyangkut tentang konsep ketuhanan, ajaran Tata-susila yang mengatur bagaimana umat Hindu dalam bertingka laku, dan ajaran Upacara merupakan pengaturan dalam melakukan aktivitas ritual persembahan dari umat kepada TuhanNya, sehingga ketiga ajaran tersebut merupakan satu kesatuan dalam ajaran Agama Hindu Dharma di Bali.
BAB III
PENUTUP
Tirta yatra merupakan yadnya agung yang sangat mulia. Tirta yatra berarti suatu perjalanan suci mengunjungi tempat-tempat suci, perjalanan suci untuk menyucikan diri, perjalanan suci untuk bertemu dengan orang-orang suci, perjalanan suci untuk penyucian diri dari dosa-dosa. Dalam melaksanakan tirta yatra patutlah didasari dengan pikiran yang jernih serta suci. Tidaklah patut bagi seseorang yang melaksanakan tirta yatra memiliki pikiran yang kotor. Untuk menghindari hal tersebut kita diwajibkan agar mengendalikan diri dan mengekang hawa nafsu.
Meningkatkan kesucian pribadi serta memperkuat keimanan kepada Ida Sang Hyang Widi, menghayati nilai-nilai sejarah dari objek suci yang dikunjungi, dan mengimbangi dosa dengan perbuatan-perbuatan dharma merupakan tujuan dari pelaksanaan tirta yatra.
Dalam tirta yatra yang telah dilaksanakan, kami telah dapat mengetahui sejarah pura-pura yang kami kunjungi melalui pembuatan laporan ini, diantaranya adalah Pura besakih, Pura Ulun Danu Batur, dan Pura Tirta Empul. Kami berharap dengan melaksanakan tirta yatra ini, kami dapat memperkuat keimanan terhadap Sang Hyang Widhi dan dapat meningkatkan kesucian pribadi masing – masing.
2.3 SARAN
Saran dari kelompok kami dalam melaksanakan tirta yatra adalah sebagai berikut :
2.3.1 Jagalah kebersihan pura yang kita kunjungi.
2.3.2 Dalam melaksanakan tirta yatra hendaknya kita mentaati peraturan atau tata krama yang berlaku di pura tersebut.
2.3.3 Kendalikanlah diri dan kekanglah hawa nafsu yang ada dalam diri kita.
2.3.4 Dalam melaksanakan persembahyangan hendaknya kita tertib dan khusuk.
2.3.5 Maknailah perjalanan tirta yatra yang kita laksanakan.
3.3 KESAN DAN PESAN
Kami sangat terkesan dengan perjalanan tirta yatra yang dilaksanakan pada tanggal 20 Februari 2016 dengan tujuan Pura Penataran Pucak Mangu, Pura Ulun Danu Batur, dan Pura Tirta Empul. Pura – pura yang kami kunjungi memiliki keunikan dan nilai historisnya masing – masing. Salah satunya kebersihan pura, tempatnya yang indah, dan penataannya yang rapi.
Pesan kami adalah jagalah kebersihan pura yang kita kunjungi serta tetaplah jaga prilaku kita sesuai dengan tata krama yang berlaku. Janganlah memaknai perjalanan tirta yatra sebagai suatu perjalanan yang biasa, tetapi maknailah sebagai perjalanan untuk meningkatkan keimanan, srada bakti kepada Ida Sang Hyang Widhi, dan sebagai jalan pengendalian diri kita.
http://wisatabaliutara.com/2014/12/berwisata-ke-pura-ulun-danu-batur-kintamani-bali.html/
https://id.wikipedia.org/wiki/Tuhan
https://id.wikipedia.org/wiki/Pura
https://id.wikipedia.org/wiki/Bali
No comments:
Post a Comment